Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

ALEXANDER ATAU ISKANDAR

Diambil kira dari sumber awal yang menyatakan bahwa Zulkarnain (tanpa Iskandar) adalah Alexander the Great dalam khasanah literatur Islam adalah Ibn Hisyam. Ibn Hiyam adalah salah satu ahli sejarah Islam awal yang menulis sejarah kehidupan Rasulullah. Sebagai bahan dasar penulisan sejarah Rasulullah tersebut beliau banyak mengambil bahan dari sejarah Rasulullah yang ditulis oleh Ibn Ishaq (yang sekarang diyakini/diperkirakan tidak ada lagi).

Kembali kpd permasalahan utama, dalam karyanya Ibn Hisyam memberikan menimbulkan persoalan tentang siapakah Zulkarnain dengan menghubungkaitkan 
dia dengan Alexander dari Yunani, dengan tafsiran bahwa "2 tanduknya" adalah rentangan kekuasaannya yang terbentang dari Yunani ke Persia (dahulu kekuasaan kerajaan Persia sampai ke India), atau dari barat sampai ke timur. Kemungkinan besar sejak saat itulah dihubungkaitkan bahwa Zulkarnain adalah Alexander (atau Iskandar menurut bahasa Arab dan Eskandar menurut bahasa Persia)

Cyrus the Great (590 — 529 sblm Masehi) adalah pemerintah dan penguasa kerajaan Persia Kuno. Kerajaannya terbentang dari Asia Barat (Lebanon, Israel) hingga Pakistan, dari Timur Tengah hingga Armenia. Kekuasaannya meliputi Timur Barat Utara Selatan. Kerajaan Persia terkenal dengan logo domba dengan 2 tanduk yang melingkar. Al Maududi mengenai tembok besi untuk menghalang Yajuj dan Majuj berpendapat bahwa Yajuj dan Majuj adalah bangsa barbar yang tinggal di daerah Asia Tengah (seperti Mongol, Tartar, Hun, Scythian) dan, menurut Maududi, Cyrus telah membangun dinding untuk membatasi bangsa yang lebih beradap dari bangsa2 barbar tersebut. Selain itu Cyrus terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Bahkan dikabarkan dia melepaskan Bani Israel karena Bani Israel adalah kaum monoteistik dan memerintahkan pembangunan Kuil Sulaiman sebagai tempat penyembahan kepada Tuhan.


Penelitian lanjut beliau, yg boleh diringkaskan(kerana terlalu panjang), Zulkarnain tidak lain adalah Akhnaton (Amnihotib IV), Raja Mesir yang berkuasa antara tahun 1370 s.d. 1352 SM (Dinasti XVIII). Akhnaton sendiri adalah anak dari Amnihotib III yang saat ini kita kenal dengan Fir'aun, raja Mesir yang mengaku dirinya sebagai Tuhan dan ingin membunuh nabi Musa. Banyak fakta yang ditampilkan oleh penulis yang mengarahkan Zulkarnain sebagai anak Firaun. Zulkarnain inilah yang diyakini sebagai orang yang membela Nabi Musa ketika Firaun ingin membunuhnya yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai "laki-laki yang beriman".
 

Q.S. 40:27:
Dan berkata Fir`aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi".

Q.S. 40:27
Dan Musa berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab".

Al-Mu`min:028
Dan seorang laki-laki yang beriman di antara keluarga (pengikut-pengikut) Fir`aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.

Siapakah lelaki beriman itu? Menurut penulis, dia tidak lain adalah Zulkarnain. Bersama isteri dan keenam putrinya beliau mengajarkan tauhid dan dia adalah satu-satunya raja Mesir dalam sejarah yang beriman kepada satu Tuhan, Tuhannya Matahari, yang pada saat itu Matahari dianggap sebagai Tuhan oleh masyarakat Mesir. Dan sangat mungkin anak Firaun ini beriman, karena beliau hidup semasa dengan Nabi Musa yang ketika kecil nabi Musa dirawat oleh istrinya Firaun. Pergaulannya dengan nabi Musa yang mungkin menyebabkan Akhnaton beriman kepada Allah.

Akhnaton menjadi raja setelah ayahnya Firaun tewas di laut merah ketika mengejar nabi Musa.

Dari sekian banyak raja Mesir, hanya Raja Zulkarnain (Akhnaton) dan keluarganya yang tidak ditemukan muminya meskipun piramid yang akan digunakan untuk makam Raja Akhnaton berhasil ditemukan namun para ahli sejarah tidak berhasil menemukan muminya.

Pertanyaannya, mengapa tidak ada makam Raja Akhnaton? Salah satu jawaban yang mungkin adalah Raja Akhnaton atau Zulkarnain tidak meninggal di Mesir, tetapi di luar Mesir. Perjalanan Zulkarnain ke luar Mesir berdasarkan perintah Allah yang tercatat dalam kisah Zulkarnain di Al-Quran Q.S. Al-Kahfi: 83-99.

Zulkarnain diperintahkan untuk menuju tempat terbenam matahari (Bagian barat bumi), tempat terbit matahari (bagian timur bumi), dan juga menuju tempat "baina as-saddain (di antara dua bukit). Berdasarkan bukti, fakta, dan argumentasi yang diberikan oleh penulis, penulis meyakini bahwa yang dimaksud tempat terbenam matahari adalah kepulauan Maladewa, kemudian beliau menyusuri khatulistiwa menuju tempat terbitnya matahari. Kepulauan Kiribati dinyatakan oleh penulis sebagai tempat terbitnya matahari. Di tempat ini terbit dan terbenamnya matahari selalu sama sepanjang tahun, yaitu terbit selalu jam 06.30 dan terbenam selalu jam 18.30, dengan kata lain siang hari selalu 12 jam, dan malam hari selalu 12 jam. Setelah itu beliau diperintahkan oleh untuk berbelok arah menuju tempat yang terletak di antara dua bukit. Berdasarkan penelitian beliau, lokasi itu tidak lain adalah China.

Cerita Zulkarnain juga terkait dengan Ya'juj dan Ma'juj. Dalam kaidah bahasa Arab, kata Ya'juj dan Ma'juj ini adalah kata yang aneh karena tidak boleh ditashrif. Ternyata Allah ingin membuktikan sebuah sejarah dengan menggunakan kata aslinya. Ya'juj dan Ma'juj ternyata berasal dari bahasa China:
Ya = Asia
Jou atau Zhou = Benua, tempat tinggal
Ma = kuda

Di dalam Surat AL-Kahfi disebutkan bahwa Ya'juj (Penduduk Benua Asia) dan Ma'juj (Penduduk Benua Kuda) adalah perusak di muka bumi.

Pemahaman tentang Ya'juj dan Ma'juj ini juga seiring dengan hadits nabi:
"Kalian mengatakan, kalian tidak punya musuh. Kalian tetap akan melawan musuh kalian sehingga keluar Ya'juj dan Ma'juj yang bermuka lebar, bermata sipit, bersosok (atau berkulit kuning), akan turun dari setiap perbukitan, seakan wajah mereka rata bagai permukaan palu." (Hadits riwayat Imam Ahmad)

Hadits di atas menerangkan sebagian sifat-sifat fizikal Ya'juj dan Ma'juj yang mendiami Asia Timur, Asia Utara, Asia Tengah, dan benua kuda (Bangsa Mongol. Orang Barat menyebutnya Horse People).

Di dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:
"Tiada tuhan selain Allah. Celaka orang-orang Arab akibat kejahatan yang kian dekat. Tembok pemisah (perlindungan dari) Ya'juj dan Ma'juj terlah terbuka, seperti ini," beliau sambil melingkarkan ibu jari dan telunjuknya. Zainab berkata, "Kataku, Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedang di tengah-tengah kita terdapat orang-orang shaleh?" Beliau menjawab, "Ya, jika kejahatan merajalela." HR. Bukhori.

Perlu dicatat, penulis menganggap bahwa Tembok China yang kita ketahui saat ini adalah tembok yang dibangun oleh Zulkarnain atas permintaan rakyat China untuk melindungi mereka dari bangsa Ya'juj dan Ma'juj.


Ketika sebahagian tembok pemisah yang dibangunkan oleh Zulkarnain di Vina telah terbuka, yakni antara 615-632 M. Pada tahun itu, China telah menjadi negara superpower di Asia bahagian Utara yang dapat menghancurkan kuasa Empayar Turki Uthmaniah bahagian Timur dan menguasai Mongolia pendalaman, Rodesia dan daerah di Asia Tenggara dengan kekuatan tentera yang sangat dahsyat di bawah pimpinan Kaisar..

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails